Nevi Herliyanti
2015-66-074
2015-66-074
Pola Perubahan Penyakit
dan kematian
di Indonesia
Menurut
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12 tahun (1995-2007)
telah terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena penyakit tidak
menular semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit menular semakin
menurun (lihat grafik gambar 1). Fenomena ini diprediksi akan terus berlanjut dan
tak akan tahu akan sampai kapan fenomena ini bisa berhenti.
Gambar 1 :Distribusi penyebab kematian menurut
kelompok penyakit di Indonesia, SKRT 1995, SKRT 2001, Riskesdas 2007
Sumber : Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007
Gambar 1 di atas memperlihatkan
bahwa selama tahun 1995 hingga 2007 di Indonesia proporsi penyakit menular
telah menurun sepertiganya dari 44,2% menjadi 28,1%, akan tetapi proporsi
penyakit tidak menular mengalami peningkatan cukup tinggi dari 41,7% menjadi
59,5%, sedangkan gangguan maternal/perinatal dan kasus cedera relatif stabil.
Sumber:
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2010-2011 Adalah sebagai berikut :
Tahun
|
||||
Nama Penyakit
|
2009
|
2010
|
||
Kanker
|
4.95
|
4.93
|
||
Diabetes Melitus
|
3.66
|
3.12
|
||
Jantung
|
9.49
|
8.01
|
||
Hipertensi
|
1.91
|
2.42
|
||
PPOK
|
1.35
|
1.33
|
||
Asma
|
0.48
|
0.77
|
||
Stroke
|
4.56
|
2.71
|
Berdasarkan jumlah kunjungan
pasien rawat jalan dan rawat inap dari seluruh RS yang melapor tahun 2010
terhadap jumlah penduduk Indonesia, diperoleh sekitar 5% penduduk mendapat
pelayanan kesehatan di RS. Persentase ini lebih rendah dari situasi riil, karena
hanya berdasarkan data RS yang melapor. Data Riskesdas 2007 menunjukkan
sebanyak 5,1% rumah tangga memilih rawat inap di RS pemerintah dan swasta serta
sebanyak 17,7% responden yang memanfaatkan RS (pemerintah dan swasta), RS luar
negeri dan RB (rumah bersalin).
Dalam pengolahan data mentah SIRS
2009-2010 terdapat keterbatasan dikarenakan terdapatnya pengelompokkan beberapa
penyakit dalam satu kode laporan Daftar Tabulasi Dasar (DTD), sehingga sulit
memilah antara data penyakit tidak menular dan penyakit menular pada kelompok
penyakit tertentu (contoh: Demam yang sebabnya tidak diketahui, Konjungtivitis
dan gangguan lain konjungtiva, Karies gigi). Sehingga dilakukan eksklusi
(dikeluarkan) dari pengolahan data, terhadap kelompok penyakit yang tidak dapat
dilakukan pemecahan antara penyakit menular dan tidak menular.
Data morbiditas dan mortalitas
penyakit di rumah sakit di Indonesia dikelompokan dalam penyakit menular,
penyakit tidak menular, penyakit maternal/perinatal dan cedera dari tahun
2009-2010. Proporsi penyakit rawat jalan (kasus baru) terhadap total kunjungan
seluruh penyakit (rawat jalan) dari tahun 2009-2010 mempunyai pola yang sama
yaitu penyakit rawat jalan yang terbanyak adalah penyakit tidak menular,
kemudian penyakit menular, cedera dan yang terakhir adalah penyakit maternal
dan perinatal yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3: Proporsi Kasus Baru Rawat Jalan Penyakit Menular, Penyakit Tidak Menular, Penyakit Maternal/Perinatal dan Cedera di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2009 - 2010 Terhadap Total Kunjungan Seluruh Penyakit (Rawat Jalan)
Sumber: Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2010-2011
Persentase kasus baru rawat jalan penyakit tidak
menular berdasarkan jenis kelamin dari tahun 2009 dan 2010 mempunyai pola yang
sama yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok laki-laki dan
kelompok perempuan yang di rawat jalan di Indonesia, seperti diperlihatkan pada
gambar di bawah ini.
Gambar 4: Persentase Rawat Jalan Kasus Baru Penyakit
Tidak Menular Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2009 – 2010
Sumber: Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2010-2011
Persentase kasus baru rawat jalan penyakit tidak
menular berdasarkan kelompok umur dari tahun 2009 dan 2010, mempunyai pola yang
sama persentase kasus baru rawat jalan yang paling tinggi pada tahun 2009 dan
2010 adalah pada kelompok umur 45-64 tahun kemudian diikuti kelompok umur 25-44
tahun. Begitu juga dengan persentase kasus baru rawat jalan yang paling rendah
baik tahun 2009 maupun tahun 2010 adalah pada kelompok umur 0-28 hari seperti
tampak pada gambar di bawah ini.
Gambar 5 : Persentase Rawat Jalan
Kasus Baru Penyakit Tidak Menular Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009 – 2010
Sumber: Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) Tahun 2010-2011
Persentase kasus baru rawat jalan PTM tertinggi
berdasarkan provinsi tahun 2009 adalah Provinsi Sumatera Selatan dan Lampung,
sedangkan untuk tahun 2010 persentase kasus rawat jalan PTM yang tertinggi
adalah Provinsi Gorontalo dan Lampung. Propinsi yang presentase rawat jalan PTM
terendah pada tahun 2009 terjadi di Papua Barat dan Banten, sedangkan pada
tahun 2010 terjadi di propinsi Papua dan Bangka Belitung (lihat gambar 6).
Bila dilihat berdasarkan peringkat 10 besar
penyakit penyebab rawat inap terhadap seluruh penyakit rawat inap di rumah
sakit tahun 2009 dan tahun 2010, sebab sakitnya hampir sama kecuali pada tahun
2009 terdapat Pertumbuhan janin lamban malnutrisi janin dan gangguan yang
berhubungan dengan kehamilan, Tuberculosis Paru Lainnya sedangkan pada tahun
2010 terdapat Lahir Mati dan Kecelakaan Angkutan Darat dengan persentase
terhadap seluruh penyakit rawat inap dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 7 : Peringkat 10 Besar
Penyakit Penyebab Rawat Inap Terhadap Seluruh Penyakit Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit, Indonesia Tahun 2009 dan 2010
Sumber: Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2010-2011
Daftar Pustaka
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.depkes.go.id/download.php%3Ffile%3Ddownload/pusdatin/buletin/buletinptm.pdf&q=data%20perubahan%20pola%20penyakit%20dan%20kematian%20di%20indonesia&ved=0CBcQFjAAahUKEwi8jb7snYPIAhWVkI4KHUXaBwE&usg=AFQjCNGhREbduPq-Fxnm2mimiHYSMr4CWQ&sig2=mZfWwN8h95dhtg3j5N4FUA